Rabu, 27 November 2019

Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan/muda hutan (MH)

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MB) masih menjadi pilihan bagi para penggemar Murai Batu karena harganya yang relatif murah.

Karena keinginan untuk memiliki Murai Batu (MB) dengan harga yang murah, maka banyak penggemar Murai Batu mengabaikan resikonya.

Permasalahan utama ketika kita merawat Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) adalah resiko kematian yang sangat tinggi karena kita tidak tahu dengan cara apa Murai Batu tersebut ditangkap atau separah apa kondisi mental dan fisiknya ketika kita beli.

Beberapa penyebab kematian pada Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH):

• Murai Batu (MB) bakalan tersebut merupakan hasil pancingan.

Ini adalah kasus yang paling banyak dijumpai pada Murai Batu (MB) bakalan tangkapan hutan, karena Murai Batu hasil pancingan hampir bisa dipastikan tidak akan dapat bertahan hidup lebih lama.

Oleh karena itu jika kita berniat membeli Murai Batu (MB) bakalan, usahakan membelinya ditempat penjual yang sudah kita kenal baik atau yang sudah terpercaya yang berani memberikan jaminan bahwa burung yang dijualnya bukan merupakan hasil pancingan.

Sebelum membeli Murai Batu (MB) bakalan, sebaiknya kenali dulu ciri-cirinya, antara lain:

- Murai Batu (MB) hasil pancingan cenderung tidak akan mengeluarkan suara ketrekan, hal itu dikarenakan adanya luka di tenggorokannya.

- Murai Batu (MB) hasil pancingan cenderung mengalami penurunan nafsu makan yang disebabkan karena pengaruh luka didalam rongga mulut atau tenggorokannya. Jdi hati-hati, sebaiknya jangan memilih Murai Batu bakalan yang tidak tertarik terhadap ekstra fooding (EF).

- Coba minta jangkrik kepada penjualnya untuk diberikan pada Murai Batu (MB) bakalan yang dijualnya, karena biasanya jika penjual tersebut mengetahui Murai Batu bakalan yang dijualnya adalah hasil pancingan maka dia tidak akan mengizinkan kita untuk memberikan pakan berupa jangkrik pada Murai Batu bakalan yang dijualnya.

Karena jika Murai Batu (MB) bakalan hasil pancingan diberikan jangkrik, maka jangkrik tersebut kemungkinan besar akan tersangkut pada mata kail yang masih tertinggal didalam tenggorokan Murai Batu tersebut, dan akan mengakibatkan kematian saat itu juga. Karena itulah, rata-rata Murai Batu bakalan hanya diberikan pakan berupa ulat hongkong (UH) agar dapat bertahan hidup lebih lama ditempat penjualnya.

Cara menangkap Murai Batu (MB) dengan menggunakan mata pancing dengan umpan berupa jangkrik banyak dilakukan diwilayah Bengkulu, Jambi, dan Lampung, artinya Murai Batu yang berasal dari wilayah-wilayah tersebut kemungkinanya besar dari hasil pancingan.

• Kondisi kandang yang terlalu kotor

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) yang baru dibeli dan sedang di ajarkan untuk ngevoer biasanya oleh pemiliknya dikondisikan dalam keadaan full krodong dengan tujuan agar tidak stres.

Padahal kondisi tersebut sangat beresiko bagi Murai Batu (MB) bahan/bakalan jika tidak dipantau secara kontinyu. Sirkulasi udara yang kurang bersih didalam kandang yang dikerodong juga bisa menyebabkan Murai Batu terjangkit virus yang berasal dari kotorannya sendiri.

Kandang yang selalu dikrodong (full krodong) juga bisa mengakibatkan kita lupa untuk memantau kondisi air minumnya. Padagal Murai Batu (MB) yang sedang dalam proses pengevoeran memerlukan air minum bersih yang harus diganti setiap hari, sebab proses mengevoerkan Murai Batu bahan/bakalan akan membuat air minumnya cepat menjadi kotor karena sisa-sisa voer halus yang melekat pada paruhnya akan larut dalam air minumnya dan jika tidak rutin diganti setiap hari dapat terjangkit bakteri yang bisa menyebabkan Murai Batu bakalan menjadi sakit.

Jadi, untuk meminimalisir resiko kematian pada Murai Batu (MB) bakalan, sebaiknya jagalah kebersihan kandang dan cepuk air minumnya selama proses pengevoeran.

• Kotoran yang melekat pada duburnya

Murai Batu (MB) bakalan/muda hutan (MH) sering mengeluarkan kotoran berupa cairan yang pekat dan lengket. Kotoran tersebut sering sekali melekat dan mengering pada bulu-bulu halus disekitar duburnya dan lama-kelamaan bisa menyumbat saluran pembuangannya yang akan menyebabkan Murai Batu tidak dapat buang kotoran sehingga dapat mengakibatkan kematian.

Solusinya, tangkap Murai Batu (MB) bakalan tersebut dan bersihkan bagian duburnya dari kotoran yang melekat dengan cara membasuhnya dengan air. Jika kotorannya sulit dibersihkan karena sudah mengeras, kita bisa memotong bulu-bulu disekitar duburnya menggunakan gunting secara hati-hati agar tidak melukai bagian kulitnya.

• Cuaca ekstrim/musim pancaroba

Kondisi cuaca yang tidak menentu, sebentar panas, dan sebentar hujan akan menyebabkan perubahan suhu yang ekstrim yang dapat menyebabkan Murai Batu (MB) menjadi sakit dengan ciri-ciri selalu nyekukruk dan lesu.

Hal itu berarti Murai Batu (MB) tersebut belum dapat beradaptasi dengan perubahan cuaca ekstrim dilingkungan barunya, dan jika tidak segera ditangani maka bisa berakibat fatal bahkan bisa sampai mengalami kematian.

Solusinya, jika kondisi cuaca sedang tidak menentu, usahakan untuk menempatkan Murai Batu (MB) diruangan yang hangat atau bisa menggunakan penerangan dari bolam lampu untuk membuat suhu menjadi lebih hangat dan stabil.

Baca juga:

Tips memilih Murai Batu bakalan/muda hutan yang bagus

Pakan wajib untuk Murai Batu bahan/bakalan agar cepat bunyi

Terapi untuk mengatasi Murai Batu macet bunyi

Demikian sedikit informasi tentang "Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan/muda hutan (MH)". Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB), dapat dibaca pada artikel Manuk Juara yang lain.

Semoga bermanfaat
Terima kasih

Penyebab kematian pada Murai Batu (MB) bakalan

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Penyebab kematian pada Murai Batu bakalan/muda hutan (MH)

0 comments:

Posting Komentar